P.U.S.H. = Pray Until Something Happens!!


.
Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari.

Bertahun-tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan sia-sia. Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblis pun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya. "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat. "Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya. "Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."

Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan. "Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatanku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?' Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian, "Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. Tetapi apakah benar?

Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus-menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu." 

Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....

Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segala sesuatu kelihatan keliru.. lakukan P.U.S.H. (PUSH =dorong)
Ketika pekerjaanmu mulai menurun.. lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.. lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.. lakukan P.U.S.H.

P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens
PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)
»»  READMORE...

Ujian Biji Kacang Hijau


.
Seorang bos di suatu perusahaan menguji semua calon karyawannya untuk mengetahui kepribadian mereka. Bos ini memberikan sejumlah kacang hijau yang telah direbus kepada mereka, katanya : "Aku memberikan pada kalian satu biji kacang hijau per orang untuk kamu tanam, dua minggu lagi aku mengharapkan tunas kacang hijau yang terbaik dari kalian."

Dua minggu kemudian mereka dikumpulkan kembali dan sang bos menemukan 4 kelompok orang:

Yang pertama ialah mereka yang tidak kembali lagi kepada sang bos karena merasa gagal tidak dapat menumbuhkan biji kacang hijau tersebut.

Yang kedua ialah mereka yang kembali dan mengatakan alasan bahwa biji kacang hijau yang mereka terima itu mati tetapi mereka tidak melakukan apa-apa hanya membawa biji mati itu untuk dikembalikan kepada sang bos sambil menyalahkan dia.

Yang ketiga ialah mereka yang menipu mengganti biji kacang hijau tersebut dengan biji kacang hijau yang lain kemudian mengaku telah menumbuhkan biji itu dengan cara hebat mereka.

Dan yang terakhir dan hanya satu orang yang membawa kembali biji mati tersebut dengan sebuah tunas dari biji yang lain sambil mengatakan: "Pak biji yang bapak berikan kepada saya kemungkinan telah mati, saya berusaha menanamnya dengan segala cara tetapi tidak berhasil, saya telah menumbuhkan biji kacang hijau yang lain sebagai ganti biji mati bapak ini."

Demikianlah kita ada di kelompok mana?

Apakah kelompok pertama yang didominasi oleh orang-orang yang pesimis yang ketika ada masalah mereka langsung melarikan diri bahkan tanpa introspeksi untuk melihat penyebab masalah tersebut?

Atau kelompok kedua yang didominasi oleh orang-orang yang hanya mampu melihat penyebab semua masalah kemudian menyalahkan orang lain tetapi tidak mau melakukan apapun?

Atau kelompok ketiga yang menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan masalah yang ada yaitu orang-orang yang menganggap sebuah kelicikan uji sebagai kecerdikan?

Atau kelompok keempat yang melihat penyebab masalah kemudian berusaha menyelesaikan masalah tetapi tetap berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran?

I hope you all the fourth.... :)

Tuhan memberkati.
»»  READMORE...

Panjang Sabar


.
Yeremia 17:14 – Sembuhkanlah aku ya Tuhan, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!

Menunggu sepertinya menjadi suatu kegiatan yang menjemukan, apabila kita melakukannya tanpa kasih. Ketika kita sedang menunggu, entah itu suami, teman, atau orang lain yang sudah terlebih dahulu membuat janji dengan kita, kemudian setelah beberapa waktu tidak juga tiba, hal itu tentulah sangat tidak mengenakkan bukan? Ada dua hal yang mungkin dilakukan orang sembari menunggu.

Pertama, bersikap pasif, tidak melakukan aktivitas apapun selain diam dan terus menanti orang yang sedang ditunggu. Kedua, bersikap aktif dengan melakukan sesuatu sembari menunggu, misalnya dengan membaca buku, atau berusaha mengamati dan menikmati keadaan sekitarnya.

Demikian juga saat kita menuggu jawaban doa dari Tuhan. Terkadang kita berpikir apakah doa-doa yang kita naikkan hanya sampai ke langit-langit kemudian memantul kembali, atau apakah kita merepotkan Tuhan, di tengah milyaran orang yang juga berseru kepada Tuhan di waktu yang sama? “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau …….,” demikian bunyi ayat firman Tuhan yang dapat menenteramkan hati kita sementara kita berseru dan menantikan jawaban doa. Mazmur 94:9 berkata, “Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar?” Ada jaminan bahwa Allah pasti mendengar setiap seruan kita, tapi Allah tidak berjanji untuk selalu berkata “Ya” bagi setiap doa dan permohonan kita. Sebagaimana nabi Yeremia berseru, “Sembuhkanlah aku, ya Tuhan, maka aku akan sembuh.” Kita juga harus memiliki keyakinan bahwa Allah pasti mendengarkannya. Belajar untuk bersabar dan percaya dalam menunggu jawaban doa dari Tuhan adalah tindakan yang bisa kita lakukan, sembari tetap melakukan sesuatu daripada menunggu secara pasif.

Bagaimana dengan kesabaran kita di dalam menantikan sesuatu, terlebih saat menantikan jawaban atas doa dan permohonan kita? Hari ini, jika kita harus menunggu sesuatu atau seseorang, bersikaplah aktif. Dan yakinlah bahwa penantian kita tidak sia sia.

Tuhan memberkati.
»»  READMORE...

Metamorfosis


.
Roma 12:2
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Jangan menjadi serupa.

George Barna – pendiri The Barnas Research Group – pernah mengatakan: “Setiap hari, gereja menjadi lebih seperti dunia yang semestinya harus diubahnya”. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Sebab banyak gereja hidupnya sudah menjadi serupa dengan dunia. Padahal seharusnya gerejalah yang mengubah dunia.

Menjadi serupa (baca: mirip), rupanya akhir-akhir ini menjadi “mimpi” banyak orang. Maka tak heran kemudian stasiun televisi mulai memfasilitasi. Maka tak heran sempat muncul reality show seperti “Asal” (Asli tapi Palsu) yang digawangi oleh almarhum Taufik Savalas. Lalu muncul “Democrazy”, “Benar Benar Mimpi” yang menampilkan orang-orang yang mirip dengan tokoh politik maupun selebritis.

Melalui Roma 12:2, Tuhan menginginkan keserupaan kita bukan menjadi serupa dengan dunia. Tetapi menjadi serupa seperti Kristus (2 Korintus 3:18) “menjadi serupa dengan gambarNya”.

Agar kita menjadi tidak serupa dengan dunia, untuk itu Firman Tuhan memberikan solusi: “berubahlah oleh pembaruan budimu”.

Rasul Paulus menggunakan kata “metamorphoo” untuk kata “berubahlah”. Sebuah akar kata yang kemudian membentuk kata metamorfosis. Metamorphoo mengandung arti: to change into another. Berubah menjadi bentuk yang lain. Atau dengan kata lain: tidak sama dengan keadaan sebelumnya.
Metamorphoo bukan merupakan perubahan sementara dari suatu sifat,
tetapi benar-benar berubah dari keadaan sebelumnya.

Firman Tuhan menginginkan agar kita terus menerus berubah menjadi manusia yang tidak sama dengan keadaan semula. Manusia yang belum diperbarui. Manusia yang berdosa. Manusia yang sama dengan manusia duniawi. Tetapi menjadi manusia yang serupa dengan Kristus.

Seperti dari telur menjadi kupu-kupu

Proses perubahan dari telur, menjadi ulat, lalu menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu adalah proses metamorfosis permanen. Ketika telur berubah menjadi ulat, bentuk dan karakter telur benar-benar tidak ada lagi di dalam ulat. Demikian seterusnya.

The Last Supper karya Leonardo da Vinci (1452-1519) yang dituangkan di atas kanvas ukuran 460 x 880 cm banyak meninggalkan kisah. Tidak kalah menarik dibandingkan dengan tampilannya yang anggun dan megah itu.

Konon, Lleonardo da Vinci tatkala menentukan model untuk wajah Yesus begitu kesulitan. Meskipun demikian, Da Vinci akhirnya menemukan seseorang yang wajahnya dipakai untuk modelnya Yesus. Ketika Da Vinci akan mengakhiri lukisannya dengan menutup lukisan lewat tokoh Yudas Iskariot, dia juga kesulitan untuk menemukan modelnya.

Maka dilakukanlah perburuan untuk mencari wajah Yudas yang culas, jahat, bengis, misteri, licik, dan predikat negatif lainnya. Sampai pada suatu saat Da Vinci menemukan seorang anak muda yang berewok dengan raut putus asa, jahat, culas, bengis, dll. Di mana di samping anak muda ini ditemukan botol-botol bekas minuman keras.

Setelah anak muda ini dibawa ke sanggarnya Da Vinci, dia menangis histeris serta berkata: “Apakah bapak tidak mengenali saya?” Da Vinci kebingungan. Memang dia tidak mengenali anak muda ini.

Anak muda ini menceritakan, bahwa beberapa waktu sebelumnya dia pernah dibawa Da Vinci untuk menjadi model wajah Yesus. Karena banyak hal dia berubah menjadi orang yang berprilaku buruk. Dan hal itu mempengaruhi penampilan dan kehidupannya.

Bukan perubahan yang seperti ini yang diinginkan Tuhan. Tetapi berubah menjadi seperti Kristus. Berubah untuk dan menuju pada tingkat yang lebih sempurna.

2 Korintus 3:18


Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

Graham Cryster, seorang penginjil muda yang diselundupkan ke Afrika Selatan dalam tahanan yang dikuasai komunis, suatu malam diminta orang-orang muda untuk bercerita. “Ceritakan kepada kami tentang Injil Yesus Kristus”, pinta mereka. Graham memberikan kesaksian yang jelas dan kuat dari Injil. Ia juga menunjukkan bagaimana iman pribadi di dalam Kristus Yesus secara ajaib sanggup mengubah seseorang dan membentuk sebuah kesatuan dari orang-orang percaya. Dan di sana tidak ada perbedaan Yahudi - Yunani, laki - perempuan, kaya atau miskin, kulit hitam atau putih.

Setelah bercerita demikian seorang anak muda usia tujuh belas tahun bertanya: “Apa yang Anda sampaikan sangat indah. Tetapi bisakah Anda menunjukkan kepada saya, di mana hal itu bisa saya temui?” Wajah Graham tertunduk lesu. Dia menjawab: “Memang benar tidak ada orang Afrika Selatan yang menghayati Injil di dalam hidupnya.” Sang anak muda marah! Dia balik berkata dengan nada emosi: “Jadi semuanya itu hanyalah sepotong kotoran belaka?”

Potret di atas terjadi ketika “gereja” menjadi sama dengan dunia ini. “Gereja” yang demikian demikian adalah gereja yang belum berubah. Gereja yang belum berubah adalah gereja yang masih berada dalam potret kehidupan yang lama. Gereja yang masih dalam potret kehidupan yang lama adalah gereja yang tidak mampu mengubahkan dunia.

“Diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” adalah perubahan permanen kehidupan orang-orang percaya. Sebab kata “diubah” dalam ayat di atas diambil dari kata metamorphoo. To change into another. Berubah menjadi bentuk yang lain.






Berubah menjadi bentuk yang lain adalah berubah menjadi serupa dengan gambarNya, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita. GBU
»»  READMORE...

Kisah Segelas Susu


.
Sebuah kisah yang sangat mengharukan! Segelas susu segar telah menolong dua nyawa! 

Berikut kisahnya: ada seorang pemuda yang sangat miskin bernama Hao Wude. Agar dapat membiayai sekolahnya dia menjajakan barang dagangan dari rumah ke rumah hingga malam hari.

Pada suatu malam dia merasakan perutnya sangat lapar sedangkan uang di sakunya hanya tinggal sekeping uang receh. Dia lalu membulatkan tekadnya, jika sampai di rumah berikutnya dia akan meminta makan kepada pemilik rumah itu.

Namun ketika pintu rumah itu dibuka oleh seorang gadis yang berparas cantik, dia kehilangan keberanian untuk meminta makan. Dia hanya berani meminta minum segelas air putih. Anak perempuan itu rupanya bisa membaca wajahnya yang sedang kelaparan, karena itu dia membawakan segelas besar susu segar.

Dengan tenang pemuda itu meminum habis susu itu, sambil bertanya, “Berapa saya harus membayar minuman lezat ini?”

Jawaban yang didapat dari gadis itu: “Anda tidak berhutang satu sen pun. Ibu saya mengajarkan kami, jangan mengharapkan imbalan atas suatu perbuatan baik.”

Oleh sebab itu pemuda itu berkata: “Jika begitu saya hanya bisa dengan tulus hati menyatakan terima kasih.” Saat Hao Wude meninggalkan rumah itu, ia tidak hanya merasakan tubuh dirinya itu menjadi lebih kuat, melainkan juga keyakinan dirinya terhadap orang lain menjadi bertambah kuat.

Dia yang sebenarnya dalam keadaan putus asa, bersiap-siap untuk menyerah, tetapi kini dia telah mendapatkan kepercayaan diri kembali. Di kemudian hari dia selalu bekerja keras untuk maju dan akhirnya berhasil menjadi dokter spesialis.

Beberapa tahun kemudian, gadis itu menderita sakit yang parah dan jarang ditemui. Para dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit yang dideritanya.

Keluarga gadis itu membawanya ke dokter spesialis di kota besar untuk diperiksa keadaannya. Mereka meminta dokter Hao Wude untuk mendiagnosa penyakit anak mereka. Ketika dokter mendengar bahwa si pasien adalah penduduk yang berasal dari kota tempat menimba ilmunya dulu, sepasang mata dokter itu berbinar dengan rasa keingintahuan.

Dia segera mengenakan jubah dokter dan bergegas masuk ke kamar pasien itu. Setibanya di sana, dia segera mengenali gadis itu.

Dia hanya menjenguknya sebentar dan segera kembali ke ruang kerjanya. Dokter itu membulatkan tekadnya untuk menolong nyawa pasien itu. Sejak hari itu dia mengamati dengan khusus keadaan penyakitnya. Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya dokter berhasil menyembuhkan pasien ini dari rengutan maut.

Akhirnya bagian penagihan dari rumah sakit membawa nota penagihan ongkos pengobatan ke tangan dokter untuk ditanda-tangani dokter. Dokter hanya memandang sekilas nota penagihan itu, lalu dia menuliskan beberapa kata di pinggir nota tagihan, kemudian memasukkan kembali nota itu ke dalam amplop lalu diantarkan ke kamar pasien itu.

Pada awalnya gadis itu tidak berani membuka nota tagihan itu, karena dia sudah bisa memastikan biaya pengobatan untuk sakitnya ini tentu sangat besar hingga selama seumur hidupnya dia tidak akan sanggup melunasi.

Tetapi pada akhirnya dia memberanikan diri untuk membukanya. Namun perhatiannya segera tertuju pada kata-kata yang tertulis di pinggir nota itu.

Dia membaca berkali-kali tulisan itu dengan hampir tak percaya: “Satu gelas susu segar sudah cukup untuk membayar lunas seluruh biaya pengobatan!”

Orang yang bertanda tangan: dokter Hao Wude.
»»  READMORE...

Aku Mau Mama Kembali


.
Sebuah kisah teladan dari negeri China


Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.

Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.

Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.

Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.

Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.

Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.

Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. “Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab,” katanya.

Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. “Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” papar pembawa acara.

Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. “Sebut saja!” katanya menegaskan.

Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. 
Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!” 
kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.

Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yang istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Di tiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Tuhan tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.

Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan, bangkitlah! Karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yang telah berusaha sekuat kemampuannya. GBU


»»  READMORE...

Dia Sahabatku


.
Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan.

Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah ?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut,"Jangan menyeberang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan. jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan, sahabatku."

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa.. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi. Tolong Tuhan??
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, di sini.. di sini.. aku rasa Engkau tahu yang ini kan?
Tolong jangan marahi Ibuku ya.. Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku.. Itulah mengapa dia memukul kami.
Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik di kelasku, namanya Anita. menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira?? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan. Aku harap Engkau akan menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta.. Bapa Pendeta.. aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku - "

"Kurang ajar kamu bocah!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa?! Keluar!"

Andy begitu terkejut, "Di mana Bapa Pendeta Agaton? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah. Kamu akan mendapatkannya!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Dia mulai menyeberang. ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.. dan Andy tewas seketika.

Orang-orang di sekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf Tuan. Apakah Anda keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?"

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatKu." Hanya itulah yang Dia katakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya di dadaNya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran.

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan.

Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya ?"

Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu ...

"Apa yang dia katakan?"

"Dia berkata kepada puteraku.." Ujar sang Ayah "Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaKu." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian, semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia.. aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu Kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihNya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta.. siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali dengan Tuhan."
»»  READMORE...

The Power of Adversity


.
Semangat membangun kekuatan, harapan memupuk ketabahan.

Kehidupan tidak menjanjikan taman bunga 
Masalah, penderitaan dan musibah seringkali tidak dapat dihindari meskipun kita telah melakukan hal-hal yang baik dalam hidup ini. Bahkan kejadian yang buruk dapat terjadi kepada setiap orang. Kehidupan selalu menyediakan banyak hal tak terduga. Padahal kita semua menginginkan situasi yang menyenangkan. Kita merasa aman di zona nyaman. Dimana semua harapan terpenuhi. Kita memimpikan kehidupan seperti di taman bunga yang indah. Tapi ternyata hidup tidak seindah impian kita.


Biasanya anak-anak suka permen dan tidak mau makan sayur. Namun terlalu banyak permen juga tidak baik untuk kesehatan. Badan menjadi lemah karena kurang vitamin. Kehidupan yang terlalu nyaman membuat kita tidak berdaya ketika menghadapi tantangan dan kesulitan.

Mengubah kesulitan menjadi keuntungan 
Malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih. Semua orang menginginkan keuntungan, namun tidak semua yang berhasil mendapat untung. Lebih sedikit lagi orang yang mampu mengubah kesulitan menjadi keuntungan. Cara pandang kita terhadap kesulitan menentukan bagaimana hasil akhirnya.  

Masalah dan kesulitan bisa datang silih berganti. Tapi sikap dan respon kita ketika menghadapi masalah sangat mempengaruhi kemampuan kita untuk menanggungnya. Kita akan mudah merasa tak berdaya, stress, frustrasi bahkan putus asa jika kita menjadi emosional dan kehilangan akal sehat.

Burung rajawali menyukai badai. Ia mampu memanfaatkan badai untuk terbang. Tekanan tidak membuatnya terpuruk tetapi justru mengangkatnya lebih tinggi lagi. Anak rajawali dilatih secara khusus oleh induknya agar menjadi seekor rajawali yang perkasa. Melalui kesulitan dan badai mereka belajar bertumbuh dan mempertahankan hidupnya.
Realita mengenai tekanan hidup 
1.Tekanan tidak melebihi kemampuan kita.
2.Tekanan pasti akan berakhir.
3.Tekanan menumbuhkan kekuatan.
4.Tekanan adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.


Kemampuan untuk mengembangkan daya tahan
Daya tahan adalah kemampuan untuk menanggung kesusahan tanpa menyerah. Untuk tetap teguh dalam penderitaan atau kemalangan dengan tidak bersungut-sungut, karena rasa kecewa dan persungutan hanya memerosotkan motivasi dan kekuatan diri.

Jika kita memiliki daya tahan, kita memiliki ketabahan untuk mempertahankan stamina dan keseimbangan fisik, mental maupun rohani. Ketabahan membawa kita menjadi lebih dekat pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.


Daya tahan dibangun dari 4 (empat) kemampuan yang terdiri dari:
1.KEMAMPUAN UNTUK MENGENDALIKAN MASALAH
Masalah bagaikan gelombang yang datang bergulung dan menghantam pantai. Namun para penggemar surfing justru mencari tempat-tempat luar biasa di penjuru dunia untuk bisa ’mengendarai ombak’. Mereka menggunakan keberanian dan keahlian yang dimiliki agar tetap berada di permukaan air.

Sikap reaktif membuat kita sulit mengendalikan masalah, karena dipicu oleh emosi dan asumsi. Tapi dengan bersikap tenang kita dapat memilah-milah persoalan secara cermat. Kita sebaiknya tidak mencari-cari kesulitan, namun janganlah lari jika menghadapi masalah. Tapi hadapilah dengan sikap responsif dan kondusif.

2.KEMAMPUAN UNTUK MENEMUKAN AKAR MASALAH
Sebuah pohon yang ditebang akan kembali tumbuh jika akarnya masih ada. Suatu masalah akan terus timbul jika akarnya tidak ditemukan dan diselesaikan. Masalah bisa bersumber dari internal pribadi atau dari hal-hal yang sifatnya eksternal.

Namun kecenderungan untuk hanya mempersalahkan situasi atau orang lain, membuat kita sulit introspeksi diri dan bersikap waspada. Sebaliknya evaluasi diri dan mengakui titik kritis yang dimiliki, membuat kita cepat menyelesaikan masalah.

3. KEMAMPUAN UNTUK MEMBATASI JANGKAUAN PENGARUH MASALAH
Kita belajar dari bencana lumpur Lapindo. Meskipun belum dapat teratasi secara sempurna, namun tindakan awal yang dapat dilakukan adalah menahan luapan lumpur. Tanggul-tanggul dibangun untuk membatasi jangkauan lumpur tersebut.

Demikian pula dengan masalah yang dihadapi. Soal pribadi jangan melibatkan masalah umum atau kelompok. Masalah kantor sebaiknya tidak terkait dengan urusan keluarga dan sebaliknya. Dengan kemampuan bersikap tegas dengan menitikberatkan pada nilai-nilai, kita mampu membendung pengaruh masalah tersebut.


4.KEMAMPUAN UNTUK BERTAHAN DAN MENANGGUNG MASALAH
Ada keunikan dari burung bangau. Kakinya sangat kurus dan panjang, namun jangan diremehkan karena bangau sanggup berdiri satu kaki selama berjam-jam. Kita mungkin dengan mudah bisa berdiri dengan kaki sebelah. Tapi berapa lama?

Adversity tidak hanya dibangun dari seberapa besar masalah yang dihadapi tapi berapa lama kita sanggup untuk bertahan. Kesabaran dan ketekunan membuat kita lebih tangguh. Sedangkan sahabat, keluarga dan orang-orang sekitar kita akan menolong dan menghibur kita untuk bersikap tabah menghadapi masalah.


Word of Wisdom
Kesuksesan tidak hanya diraih dengan kehebatan tapi juga ketabahan.

”Karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Roma 5:3b - 5
»»  READMORE...

Siapakah Penolongku?


.
Mazmur 33:20: Mari kita berharap kepada TUHAN, Dialah penolong dan pembela kita!

Bacaan: Mazmur 33:18-22
18 TUHAN menjaga orang-orang yang percaya yang mengharapkan kasih-Nya.
19 Ia menyelamatkan mereka dari maut, dan menghidupi mereka di masa kelaparan.
20 Mari kita berharap kepada TUHAN, Dialah penolong dan pembela kita.
21 Kita bersukaria karena Dia dan percaya kepada nama-Nya yang suci.
22 Semoga kami tetap Kaukasihi, ya TUHAN, sebab kami berharap kepada-Mu.


"Siapakah yang dapat menolongku?" jerit hati seorang anak kecil yang matanya cekung dengan tubuh kurus terbungkus kulit yang mengeriput. 


Itulah yang digambarkan sebuah foto dari seorang bocah Sudan yang kelaparan. Ia tak kuat lagi merangkak menuju kamp makanan PBB yang tinggal berjarak sekitar satu kilometer lagi. Ketika bocah ini sedang mencoba melangkah dengan susah payah, ada seekor burung pemakan bangkai yang terus mengikutinya. Sang burung sedang menunggu kematian bocah itu untuk selanjutnya menjadi santapannya.

Tidak ada seorang pun yang tahu nasib anak itu selanjutnya, termasuk Kevin Carter, sang fotografer yang langsung meninggalkan tempat tersebut usai mengabadikan momen itu. Para jurnalis pada saat itu dilarang untuk menyentuh para korban kelaparan karena dikuatirkan tertular penyakit berbahaya akibat kondisi memprihatinkan yang dialami Sudan saat itu. Foto ini meraih penghargaan Pulitzer tahun 1994, namun sang fotografer yang depresi akibat gambaran foto yang diabadikannya itu bunuh diri tiga bulan setelah mengambil gambar tersebut.

"Siapakah yang dapat menolongku?" Pertanyaan ini sering kita lontarkan walau hanya di dalam hati. Pun bangsa Israel. Meski Allah telah berkali-kali menyatakan kehadiran-Nya, mereka seakan belum bahkan tidak dapat percaya bahwa Dia akan menolong mereka. Pada zaman Musa, saat di padang gurun, mereka berkali-kali menyangsikan penyertaan Allah meski Dia sudah membuktikannya dengan berbagai cara.

Hal yang sama seringkali kita lakukan juga. Di masa yang lalu, kita sudah pernah melihat bagaimana Tuhan menolong dan melakukan mukjizat-Nya di dalam hidup kita. Namun ketika kita kembali mengalami pergumulan di masa sekarang, seringkali sulit bagi kita untuk percaya bahwa Tuhan akan kembali menunjukkan kuasa-Nya dalam hidup kita. Apakah Anda juga memiliki keraguan yang sama?



Meragukan pertolongan Tuhan sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak bisa dipercaya.
»»  READMORE...

Ibu


.
Cerita ini tentang Thomas seorang anak laki-laki yang pada masa itu berusia delapan tahun. Thomas seorang anak yang sakit-sakitan dan setengah tuli, jauh tertinggal dari teman-teman sekelasnya dalam pelajaran sekolah. Para guru cenderung cepat jengkel terhadapnya karena ia lambat mengerti. Teman-teman sekelasnya meniru memperlakukannya demikian pula. Adalah hal yang biasa bagi mereka mengejeknya atau menertawakannya karena kesalahan yang dilakukannya. Dunia tidaklah ramah baginya.

Tetapi dalam dunia yang sama, Thomas mempunyai seorang ibu. Seorang ibu kepada siapa ia datang setelah hari-hari buruk di sekolah. Seorang ibu yang bahagia memilikinya sebagai putera. Seorang ibu yang akan duduk bersamanya di meja dapur dan mendengarkan bagaimana buruk hari-hari berlalu.


Seorang ibu dapat lebih dari sekedar membaca rangkaian kata-kata. Para ibu dapat membaca kesedihan dan kesepian yang terpancar dari wajah anak-anak mereka. Apabila sesuatu yang buruk terjadi, ia akan mengenalinya dari tatapan mata mereka, atau dari cara anaknya itu berjalan atau dari kepalanya yang terkulai.

Suatu hari Thomas pulang membawa sepucuk surat dari kepala sekolah. Thomas dikeluarkan dari sekolah karena otaknya kacau. Ibunya tidak marah atau pun cemas karena surat itu. Ia memeluk Thomas dan dengan lembut mengatakan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja. Ia tahu bahwa Thomas lebih lambat dari teman sebayanya, tetapi ia yakin bahwa Thomas dapat belajar jika pelajaran disampaikan kepadanya dengan lebih perlahan. Ia sendiri yang mengajar Thomas di rumah. Usahanya mulai ada hasilnya. Thomas mulai bergerak maju, sebentar kemudian ia mulai merancang penemuan baru, menciptakan ini dan itu. Semuanya tampak konyol pada mulanya.

Ketika Thomas pada akhirnya meninggal dunia, seluruh negeri, seluruh rakyat Amerika menghormatinya dengan memadamkan listrik di segenap penjuru Amerika selama satu menit. Thomas, yang dikeluarkan dari sekolah oleh kepala sekolah karena otaknya lamban; yang biasa melihat teman-teman sekelasnya saling sikut untuk menertawakannya. 

Ya, anda benar. Thomas inilah THOMAS ALVA EDISON, penemu bola lampu dan phonograph.

Mari berdoa kepada Tuhan Yesus, terima kasih telah menciptakan ibu-ibu seperti Ny. Edison. Jadikanlah aku seperti Ny. Edison yang sabar dan mau mengerti keadaan anaknya, menerima anaknya apa adanya, tidak menuntut berlebihan kepada anak, dalam keadaan apa pun meski capai fisik dan pikiran tetap mau menemani anak dan mendengarkan seluruh keluh kesah darinya, menyediakan waktu meski beberapa menit saja untuk menemaninya bermain bersamanya, tidak marah andai nilai pelajarannya tidak sempurna. Amin.

Marilah kita semua mencamkan teladan Ny. Edison dan ingatlah kepada ibu kita yang mungkin tanpa kita sadari telah berbuat sama seperti Ny. Edison kepada diri kita. Sisihkanlah sedikit perhatian kepada ibu kita di sisa hari tuanya ini. Ambillah waktu barang 1-2 menit setiap harinya untuk mengobrol dengan ibu kita. GBU
»»  READMORE...

Ketika Garam Kehilangan Asinnya


.
Kamu adalah garam dunia, jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Mat. 5:13

Mahadma Gandhi pernah sangat kecewa kepada orang Kristen di India karena sikap mereka yang sangat arogan dan suka membeda-bedakan. “Aku bersimpati kepada ajaran Yesusmu, akan tetapi sangat muak dengan cara hidupmu,” ucap tokoh negeri Sungai Gangga yang dikenal di seantaro dunia ini.

Mengapa banyak orang kecewa terhadap gereja? Terhadap pengikut Kristus yang seharusnya menjadi batu lompatan untuk mengenal Kristus? Mengapa mereka tidak dapat melanjutkan ketertarikan mereka kepada Kristus saat mereka melihat cara hidup orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus?

Pembaca terkasih, malam ini firman Tuhan mengingatkan kembali inti keberadaan kita di atas muka bumi ini. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam kehilangan asinnya tidak ada gunanya lagi kecuali dibuang dan diinjak-injak orang,” demikian pesan Tuhan Yesus.

Pada zaman itu, garam yang dipakai untuk memasak menempel pada suatu media yang bisa berupa bunga karang atau lainnya. Setiap kali garam dipakai dimasukan ke dalam tempat yang telah disediakan sebagai wadah memasak. Ketika garam yang menempel di bunga karang itu habis, maka media tersebut akan dibuang. Mengapa demikian? Karena manfaatnya telah tiada. Tinggal sisa-sisa yang tidak ada gunanya lagi!

Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, seberapa besarkah tekad kita untuk menjadi sarana-Nya sehingga olehnya banyak orang yang datang kepada Dia? Sudahkah kita memahami rencana-Nya bagi dunia ini yaitu agar segenap lutut bertelut dan mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah bapa! 



Tuhan ajari aku selalu mengerti maksud-Mu. Bimbing aku supaya berhasil menggarami dunia ini.
»»  READMORE...

Mawar untuk Ibu


.
Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada ibunya yang tinggal sejauh 250 km dari rumahnya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu bertanya mengapa ia menangis dan gadis kecil itu menjawab, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar untuk ibu saya. Tapi uang saya tidak cukup untuk membeli mawar itu."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kamu mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya sendiri. Ketika sudah selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, "Ya tentu saja. Maukah Anda mengantarkan saya ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, di mana lalu gadis itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah. Melihat hal ini, hati pria itu menjadi terenyuh dan teringat sesuatu. Setelah mengantarkan gadis itu pulang, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri mobilnya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

Jangan sampai terlambat mengasihi orang-orang terdekat Kamu. Tunjukkan kasihmu pada mereka selama mereka masih hidup, karena mereka tidak dapat merasakan kasihmu jika mereka sudah meninggal.

GBU 
»»  READMORE...

Berikan Waktu


.
Setelah 21 tahun menikah, saya tiba-tiba menemukan cara baru dalam menyalakan api cinta kami. Demikian tulis seorang pria yang ingin berbagi pengalaman. Beberapa waktu lalu istri saya mengusulkan agar saya berkencan dengan seorang perempuan lain, besok malam.

"Kamu akan mencintainya," kata istri.

"Apa-apaan sih," protes saya. "Mengapa kamu tidak ikut?"

"Itu acara kamu berdua dengan dia," jawab istri.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda selama 19 tahun belakangan ini. Saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan mengurus tiga anak kami. Malam itu saya telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja.

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon. Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima telepon di tengah malam atau undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itu pasti akan membawa berita buruk.
"Saya pikir, pasti akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya.
"Ibu mau sekali," jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Aha, dia masih curiga.

Besok malam, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dia terlihat agak senewen tapi berdandan resmi sekali. Ibu jelas telah menata rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulang tahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar. "Saya bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil.

"Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya." Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan, menyenangkan. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan, persis seperti First Lady. Jalannya anggun. Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya walau dengan kacamata tebal. Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu. Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih. "Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih kecil," katanya. "Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu," jawab saya. Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Setelah mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar." Saya setuju. 

* * *

"Bagaimana kencanmu?" tanya istri saya di rumah. "Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa."

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan jantung. Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda lunas. Ada selembar kertas diselipkan di situ, tertuliskan: "Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin kita makan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, barangkali untuk kau dan istrimu. Anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu."

Pada detik itulah saya mengerti apa pentingnya arti bahwa kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaan kita itu. Tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup daripada Tuhan dan keluarga. 

Berikan waktu Anda untuk mereka, jangan sampai terlambat dengan mengatakan 'nanti'.
»»  READMORE...

Belajar Mengampuni


.
Filemon 1:17-25; Nehemia 5:9, 10

Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri” (Filemon 1:17).

Jungle Aviation and Radio Service (JAARS), departemen penerbangan Perterjemahan Alkitab Wycliffe telah berpengalaman terbang selama lebih dari 25 tahun sebelum terjadi kecelakaan di Papua Nugini pada tanggal 7 April 1972. Tujuh orang diberitakan meninggal dunia.

Pesawat terbang yang dinamakan “Piper Aztec” itu baru sehari dilakukan cek fisik. Mendengar kecelakaan tersebut sang pemimpin mekanik terkejut. Memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan saat cek fisik itu, tiba-tiba ia merasakan kekagetan yang luar biasa. Ia teringat bahwa ia belum selesai mengencangkan saluran bahan bakar saat ia terganggu oleh suatu hal. Dan ia belum menyelesaikannya sampai terjadinya kecelakaan tersebut. Itulah yang menjadi sebab terbakarnya dan meledaknya pesawat tersebut.
Selama berhari-hari sang mekanik mengalami kebingungan, dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk memperbaiki kesalahan yang tidak mungkin dikoreksi kembali. Ia tenggelam dalam depresi. Teman dan keluarganya tidak mampu membangkitkan dia dari rasa bersalahnya itu.

Sebelum keluarga Doug Hunt, pilot yang tewas dalam kecelakaan itu, kembali ke Selandia Baru, ia merasa perlu berbicara dengan mereka dan meminta pengampunan atas kelalaiannya tersebut. Tidak ada kata yang dapat diucapkan kecuali menangis begitu ia berada di hadapan mereka. “Ini tanganku yang telah mengambil nyawa Doug…..”
Glennis Hunt, istri mendiang sang pilot, merangkulnya. “Glennis duduk di samping saya dan menggenggam erat tangan saya yang telah merenggut nyawa suaminya,” tulisnya, “dan pilot JAARS lainnya duduk di dekat saya sambil menunjukkan kasih, penghiburan, dan pengampunan.” Itu merupakan awal yang amat penting bagi proses kesembuhannya.

Pikirkan kisah di atas. Kalau Glennis Hunt tidak mengampuni, akan ada dua korban lagi: sang mekanik dan ia sendiri! Jadi jangan pernah berpikir bahwa kebencian itu merupakan jawaban dari sakit hati Anda. Justru sebaliknya kasih dan pengampunan mampu menghanguskan segala macam masalah dan akar kepahitan.

Renungan:
Tidak ada kata yang indah selain, “Aku mengampunimu.” Kalau setiap orang mengampuni, segala akar kepahitan akan tercabut dari hati manusia. Marilah kita belajar mengampuni setiap saat.

Pengampunan adalah obat bagi orang lain dan terutama diri sendiri. GBU 
»»  READMORE...

Sesuatu Tidak Selalu Kelihatan Sebagaimana Adanya


.
Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement
itu lenyap. Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu, malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah satu keluarga petani miskin tetapi sangat ramah. Setelah membagi sedikit makanan yang petani itu punyai, petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk istirahat di tempat tidurnya. Ketika matahari terbit keesokkan harinya, malaikat menemukan bahwa petani itu dan isterinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati. Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yang pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati?”

Malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.
“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak menemukan emas itu.”
“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang untuk mengambil nyawa isterinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil isterinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya”.

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita mempunyai iman, kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi kebaikan kita.
Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba…. GBU 
»»  READMORE...

Kisah Pohon Apel


.
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita. GBU 
»»  READMORE...

Menghukum Tanpa Kekerasan


.
Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)

Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kamu di sini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama." Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun "Kenapa kamu terlambat?"

Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu." Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.

Lalu Ayahnya berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik- baik."

Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan di belakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.

Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.


*Pernyataan Arun:*
"Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan."
GBU 
»»  READMORE...

Hati yang Terindah


.
Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kotaitu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata, "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?" Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, di mana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa. "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna, sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".

"Ya", kata pak tua itu, "hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.

Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan -- memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, dan merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.

Pemuda itu melihat ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.
»»  READMORE...

Terobosan dalam Doa Pergumulan


.
Lalu berdoalah Hana, katanya: “Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.” 1 Samuel 2:1

Hana merupakan isteri dari Elkana yang tidak mempunyai anak. Hana mengalami pergumulan yang cukup berat karena selalu dihina oleh karena tidak mempunyai keturunan. Dalam 1 Samuel 1:5 dikatakan bahwa kandungannya tertutup. Seorang wanita tidak akan mungkin mempunyai anak jika kandungannya tertutup.


Tetapi Hana tidak menyerah begitu saja, kita melihat begitu luar biasa pergumulan yang dilalui olehnya, menghadapi berbagai caci maki dan hinaan. Tetapi pada akhirnya Hana mengalami suatu terobosan melalui doanya. Tuhan mendengar doa Hana dan menjawab apa yang dimintanya. Hana menerima jawaban doa, TUhan menjamah kandungannya hingga dia dapat mengandung dan melahirkan seorang anak. Anak itu adalah Samuel yang akhirnya dikenal sebagai nabi yang luar biasa sekali pada jaman Raja Saul dan Daud.

Apa yang dialami oleh Hana juga sering dialami oleh umat Tuhan. Kandungan yang tertutup merupakan jalan atau pintu berkat yang tertutup bagi umat Tuhan. Segala cara maupun upaya apapun yang dikerjakan tidak dapat membuahkan hasil, oleh karena jalannya memang tertutup. Bahkan orang memandang sebelah mata terhadap diri kita. Sebagian malah mencibir dan merendahkan oleh karena kondisi yang kita alami.

Kita sering melihat justru orang lain yang lebih diberkati dibandingkan dengan hidup kita sendiri.

Ketika kita berada dalam kondisi seperti ini, yang kita butuhkan adalah terobosan di dalam doa kita. Apa yang Hana lakukan sehingga dia dapat mengalami terobosan dalam doanya?


1. Penyerahan Diri Seutuhnya
Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” ” 1 Sam 1:11

Hana bernazar kepada Tuhan. Hana mengadakan perjanjian dengan Tuhan. Hana berjanji bahwa dia akan menyerahkan anaknya kepada Tuhan. Dan janji ini benar-benar ditepati ketika doanya dijawab oleh Tuhan.

Dalam pengiringan kita kepada Tuhan, Dia ingin agar kita senantiasa berubah setiap saat, berubah menuju kesempurnaan. Pencobaan yang datang diijinkan untuk dapat membuat kita lebih dekat lagi kepada Tuhan. Selalu ada aspek kehidupan kita yang sedang dibentuk oleh Tuhan ketika kita sedang menghadapi suatu pencobaan.

Tuhan ingin agar kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya bagi kemuliaan Tuhan. Semakin kita bertumbuh di dalam Dia, semakin besar penyerahan diri yang harus kita berikan bagi Tuhan.


Menyerahkan anak yang pertama kepada Tuhan bukan suatu hal yang mudah bagi Hana. Anak itu merupakan anak yang sangat ditunggu-tunggu dalam hidupnya. Anak itu merupakan hal yang paling berharga bagi Hana. Tetapi Hana belajar untuk menyerahkan apa yang paling berharga dalam hidupnya. Hana tahu bahwa Tuhan ingin agar Hana menyerahkan segenap hidupnya hanya bagi Tuhan.

Apakah yang menjadi hal yang paling berharga bagi kita saat ini? Apa yang masih belum bisa kita lepaskan pada saat ini? Apa yang masih menyebabkan Tuhan hanya menjadi nomor dua di dalam hidup kita? Apa yang membuat kita masih belum bisa memprioritaskan Tuhan dalam hidup kita?

Tuhan ingin penyerahan diri kita seutuhnya bagi Tuhan. Dan di saat kita mau menyerahkan diri sepenuhnya, kita akan menerima terobosan doa dalam hidup kita sebagaimana yang dialami oleh Hana.


2. Memelihara Ibadah Kepada Tuhan
Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN” 1 Sam 1:19

Hana dengan tekun memelihara ibadahnya kepada Tuhan. Dia bangun pagi-pagi bersama keluarganya dan sujud menyembah di hadapan Tuhan. Dan Tuhan mengingat Hana! Setahun kemudian pun Hana mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (1 Sam 1:19-20)

Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” 1 Tim 4:8

Dikatakan bahwa ibadah mengandung janji. Ketika kita memelihara ibadah kita kepada Tuhan, maka kita sedang memelihara perjanjian yang Tuhan berikan bagi kita. Janji yang Tuhan berikan akan digenapi cepat atau lambat, karena FirmanNya adalah ya dan amin (2 Pet 3:9).

Tetapi jika kita lalai beribadah kepadaNya, maka kita memilih jalan di luar anugerahNya dan janjiNya tidak akan berlaku jika kita berada di luar Dia (Ul 28:15-46).

Terobosan bagi doa pergumulan yang kita alami bukanlah suatu hal yang susah. Semuanya hanya tergantung kepada pilihan kita, apakah kita mau berserah sepenuhnya dan taat beribadah kepada Tuhan atau tidak.

Tetapi janji Tuhan begitu nyata bagi kita (Ul 28:1-14). Berkat telah disediakan bagi kita yang mau datang kepadaNya. Berserahlah kepadaNya dan taat beribadah kepadaNya, maka kita akan mengalami terobosan dalam doa kita.
Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”
Ul 28:1



TUHAN akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” 
Ul 28:8

GBU 
»»  READMORE...

Terlepas dari Belenggu Masalah


.
"Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua ” Kisah Para Rasul 16:26

Filipi, suatu kota di daerah Makedonia, merupakan salah satu tujuan Rasul Paulus dan rekannya Silas dalam pelayanan misi mereka. Seperti halnya di tempat lain, di kota ini Paulus juga mendapat tentangan dari orang-orang yang tidak suka akan pemberitaan injil. Bahkan mereka ditangkap dan didera, kemudian dimasukkan ke dalam penjara.

Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.” Kis 16:23-24

Keadaan ini tidak mempengaruhi semangat Paulus dalam mengikut Yesus ataupun memberitakan injil. Bahkan kita akan melihat bahwa belenggu maupun penjara tidak dapat membungkam dan menghalangi pelayanan mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali belenggu dosa maupun masalah yang mengikat kehidupan kita. Bahkan hidup kita seperti terpenjara, sehingga kita merasa bahwa kita tidak sanggup lagi berbuat apa-apa. Pengharapan hilang ditelan oleh keadaan maupun kondisi yang dialami.

Pekerjaan yang tidak menentu, orang-orang di sekeliling yang membenci kita, keuangan yang selalu berkekurangan, rumah tangga maupun keluarga yang selalu bermasalah, teman pelayanan yang juga selalu bertentangan dengan kita; semuanya itu yang selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi keadaan ataupun masalah yang terjadi tidak boleh menghalangi kita untuk tetap setia di dalam Tuhan. Jangan sampai kondisi tersebut justru membelenggu bahkan memenjarakan hidup kita sehingga kita tidak dapat berbuat maksimal bagi kemuliaan nama Tuhan.

Berikut rahasia dari Rasul Paulus sehingga dia dapat terlepas dari belenggu dan penjara:

1. Doa dan Puji-pujian
Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Kis 16:25

Penjara tidak membuat Paulus dan Silas bersedih, muram, menangis, putus asa ataupun stres.Tetapi mereka justru menaikkan doa dan puji-pujian kepada Allah. Dipenjara ataupun tidak, tidak menjadi alasan bagi Paulus untuk berhenti berdoa atau memuji Tuhan. Dalam segala keadaan dia tetapi bersyukur kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah.

Puji-pujian yang dinaikkan akan membawa kekuatan bagi hidup kita. Terlebih lagi jika kita berada dalam suatu masalah. Ada kuasa di dalam puji-pujian. Tuhan bertahta di atas puji-pujian kita (Maz 22:4).

Bahkan lewat doa dan puji-pujian, kita akan terlepas dari belenggu dan penjara yang mengurung hidup kita.

Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. ” Kis 16:26


2. Mempererat Hubungan dengan Tuhan
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Fil 3:10-11

Penderitaan yang dialami Paulus tidak membuat dirinya berhenti untuk mengenal Tuhan. Setiap derita dan aniaya yang dialaminya membuat Paulus lebih mengenal Allahnya. Paulus tahu bahwa pengenalan akan Tuhan merupakan suatu hal yang melebihi segalanya. Dan pengenalan akan Tuhan merupakan suatu harta yang begitu berharga yang jauh lebih bernilai dibandingkan segala apapun yang ada di dunia ini.

Oleh sebab itu, penjara tidak membuat Paulus bersedih, karena dia tahu bahwa dia memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya. Dan Paulus tidak mau melepaskan hal itu, bahkan dia ingin lebih lagi mengenal Kristus agar dia dapat memperoleh mahkota yang sudah disiapkan baginya.

Masalah maupun pencobaan diijinkan Tuhan bagi hidup kita agar kita dapat lebih mengenal dan mendekat kepada Tuhan. Sakit penyakit, kebangkrutan, kegagalan dan bahkan pergumulan bertahun-tahun terjadi dalam hidup kita agar kita dapat lebih lagi mempererat hubungan kita dengan Tuhan.

Dan ketika kita semakin intim lagi dengan Dia, maka tidak ada yang dapat menghalangi dan membelenggu semangat hidup kita, oleh karena sesuatu yang berharga telah menjadi bagian dalam hidup kita. Dan kita tahu pasti bahwa setiap janjiNya akan digenapi dalam hidup kita.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. ” Maz 73:25-26


3. Berpikir Positif
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Fil 4:8

Aniaya dan penjara bisa saja membuat Paulus merasa putus asa. Dia bisa saja kecewa dan protes kepada Tuhan. Dan sebagai manusia, dia juga bisa saja mengeluh dan bersungut-sungut. Tetapi yang kita lihat justru segala sesuatu yang positif keluar dari mulutnya. Dia tahu bahwa pikiran yang positif akan membawa dia kepada kemenangan.

Ketika bangsa Israel berada di padang gurun untuk menuju ke tanah perjanjian, banyak dari mereka yang bersungut-sungut atas keadaan yang mereka alami. Sebagian dari bangsa Israel yang bersungut-sungut ini tidak dapat masuk ke dalam tanah perjanjian (Bil 14:27-30).

Ketika kita berpikiran negatif, menggerutu, mengomel dan mengeluh, maka kita sedang melepaskan berkat yang sebenarnya sudah menjadi bagian kita. Marilah kita senantiasa berpikiran positif dalam keadaan seburuk apapun yang kita alami. Dengan demikian maka berkat Tuhan akan mengalir bagi kita. Masalah maupun pencobaan apapun tidak dapat membelenggu hidup kita yang senantiasa berpikiran positif. Kita akan terus melangkah maju meraih kemenangan demi kemenangan.
* * *


Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Fil 4:9

Rasul Paulus memberikan teladan yang begitu berharga bagi kita semua. Dia melakukan segala kehendak Bapa di surga dalam setiap langkah hidupnya. Penjara dan aniaya tidak dapat membelenggu hidupnya. Bahkan ketika dia tetap menjaga hidupnya murni di hadapan Tuhan, nama Tuhan semakin dimuliakan.

Demikian juga kita sebagai umat Tuhan, kita harus tetap menjaga hati kita di hadapan Tuhan. Ketiga rahasia di atas akan membawa kita untuk terlepas dari masalah apapun yang membelenggu kehidupan kita. Haleluya!
»»  READMORE...