Dia Sahabatku


.
Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan.

Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah ?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut,"Jangan menyeberang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan. jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan, sahabatku."

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa.. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi. Tolong Tuhan??
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, di sini.. di sini.. aku rasa Engkau tahu yang ini kan?
Tolong jangan marahi Ibuku ya.. Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku.. Itulah mengapa dia memukul kami.
Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik di kelasku, namanya Anita. menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira?? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan. Aku harap Engkau akan menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta.. Bapa Pendeta.. aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku - "

"Kurang ajar kamu bocah!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa?! Keluar!"

Andy begitu terkejut, "Di mana Bapa Pendeta Agaton? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah. Kamu akan mendapatkannya!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Dia mulai menyeberang. ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.. dan Andy tewas seketika.

Orang-orang di sekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf Tuan. Apakah Anda keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?"

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatKu." Hanya itulah yang Dia katakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya di dadaNya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran.

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan.

Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya ?"

Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu ...

"Apa yang dia katakan?"

"Dia berkata kepada puteraku.." Ujar sang Ayah "Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaKu." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian, semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia.. aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu Kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihNya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta.. siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali dengan Tuhan."
»»  READMORE...

The Power of Adversity


.
Semangat membangun kekuatan, harapan memupuk ketabahan.

Kehidupan tidak menjanjikan taman bunga 
Masalah, penderitaan dan musibah seringkali tidak dapat dihindari meskipun kita telah melakukan hal-hal yang baik dalam hidup ini. Bahkan kejadian yang buruk dapat terjadi kepada setiap orang. Kehidupan selalu menyediakan banyak hal tak terduga. Padahal kita semua menginginkan situasi yang menyenangkan. Kita merasa aman di zona nyaman. Dimana semua harapan terpenuhi. Kita memimpikan kehidupan seperti di taman bunga yang indah. Tapi ternyata hidup tidak seindah impian kita.


Biasanya anak-anak suka permen dan tidak mau makan sayur. Namun terlalu banyak permen juga tidak baik untuk kesehatan. Badan menjadi lemah karena kurang vitamin. Kehidupan yang terlalu nyaman membuat kita tidak berdaya ketika menghadapi tantangan dan kesulitan.

Mengubah kesulitan menjadi keuntungan 
Malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih. Semua orang menginginkan keuntungan, namun tidak semua yang berhasil mendapat untung. Lebih sedikit lagi orang yang mampu mengubah kesulitan menjadi keuntungan. Cara pandang kita terhadap kesulitan menentukan bagaimana hasil akhirnya.  

Masalah dan kesulitan bisa datang silih berganti. Tapi sikap dan respon kita ketika menghadapi masalah sangat mempengaruhi kemampuan kita untuk menanggungnya. Kita akan mudah merasa tak berdaya, stress, frustrasi bahkan putus asa jika kita menjadi emosional dan kehilangan akal sehat.

Burung rajawali menyukai badai. Ia mampu memanfaatkan badai untuk terbang. Tekanan tidak membuatnya terpuruk tetapi justru mengangkatnya lebih tinggi lagi. Anak rajawali dilatih secara khusus oleh induknya agar menjadi seekor rajawali yang perkasa. Melalui kesulitan dan badai mereka belajar bertumbuh dan mempertahankan hidupnya.
Realita mengenai tekanan hidup 
1.Tekanan tidak melebihi kemampuan kita.
2.Tekanan pasti akan berakhir.
3.Tekanan menumbuhkan kekuatan.
4.Tekanan adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.


Kemampuan untuk mengembangkan daya tahan
Daya tahan adalah kemampuan untuk menanggung kesusahan tanpa menyerah. Untuk tetap teguh dalam penderitaan atau kemalangan dengan tidak bersungut-sungut, karena rasa kecewa dan persungutan hanya memerosotkan motivasi dan kekuatan diri.

Jika kita memiliki daya tahan, kita memiliki ketabahan untuk mempertahankan stamina dan keseimbangan fisik, mental maupun rohani. Ketabahan membawa kita menjadi lebih dekat pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.


Daya tahan dibangun dari 4 (empat) kemampuan yang terdiri dari:
1.KEMAMPUAN UNTUK MENGENDALIKAN MASALAH
Masalah bagaikan gelombang yang datang bergulung dan menghantam pantai. Namun para penggemar surfing justru mencari tempat-tempat luar biasa di penjuru dunia untuk bisa ’mengendarai ombak’. Mereka menggunakan keberanian dan keahlian yang dimiliki agar tetap berada di permukaan air.

Sikap reaktif membuat kita sulit mengendalikan masalah, karena dipicu oleh emosi dan asumsi. Tapi dengan bersikap tenang kita dapat memilah-milah persoalan secara cermat. Kita sebaiknya tidak mencari-cari kesulitan, namun janganlah lari jika menghadapi masalah. Tapi hadapilah dengan sikap responsif dan kondusif.

2.KEMAMPUAN UNTUK MENEMUKAN AKAR MASALAH
Sebuah pohon yang ditebang akan kembali tumbuh jika akarnya masih ada. Suatu masalah akan terus timbul jika akarnya tidak ditemukan dan diselesaikan. Masalah bisa bersumber dari internal pribadi atau dari hal-hal yang sifatnya eksternal.

Namun kecenderungan untuk hanya mempersalahkan situasi atau orang lain, membuat kita sulit introspeksi diri dan bersikap waspada. Sebaliknya evaluasi diri dan mengakui titik kritis yang dimiliki, membuat kita cepat menyelesaikan masalah.

3. KEMAMPUAN UNTUK MEMBATASI JANGKAUAN PENGARUH MASALAH
Kita belajar dari bencana lumpur Lapindo. Meskipun belum dapat teratasi secara sempurna, namun tindakan awal yang dapat dilakukan adalah menahan luapan lumpur. Tanggul-tanggul dibangun untuk membatasi jangkauan lumpur tersebut.

Demikian pula dengan masalah yang dihadapi. Soal pribadi jangan melibatkan masalah umum atau kelompok. Masalah kantor sebaiknya tidak terkait dengan urusan keluarga dan sebaliknya. Dengan kemampuan bersikap tegas dengan menitikberatkan pada nilai-nilai, kita mampu membendung pengaruh masalah tersebut.


4.KEMAMPUAN UNTUK BERTAHAN DAN MENANGGUNG MASALAH
Ada keunikan dari burung bangau. Kakinya sangat kurus dan panjang, namun jangan diremehkan karena bangau sanggup berdiri satu kaki selama berjam-jam. Kita mungkin dengan mudah bisa berdiri dengan kaki sebelah. Tapi berapa lama?

Adversity tidak hanya dibangun dari seberapa besar masalah yang dihadapi tapi berapa lama kita sanggup untuk bertahan. Kesabaran dan ketekunan membuat kita lebih tangguh. Sedangkan sahabat, keluarga dan orang-orang sekitar kita akan menolong dan menghibur kita untuk bersikap tabah menghadapi masalah.


Word of Wisdom
Kesuksesan tidak hanya diraih dengan kehebatan tapi juga ketabahan.

”Karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
Roma 5:3b - 5
»»  READMORE...

Siapakah Penolongku?


.
Mazmur 33:20: Mari kita berharap kepada TUHAN, Dialah penolong dan pembela kita!

Bacaan: Mazmur 33:18-22
18 TUHAN menjaga orang-orang yang percaya yang mengharapkan kasih-Nya.
19 Ia menyelamatkan mereka dari maut, dan menghidupi mereka di masa kelaparan.
20 Mari kita berharap kepada TUHAN, Dialah penolong dan pembela kita.
21 Kita bersukaria karena Dia dan percaya kepada nama-Nya yang suci.
22 Semoga kami tetap Kaukasihi, ya TUHAN, sebab kami berharap kepada-Mu.


"Siapakah yang dapat menolongku?" jerit hati seorang anak kecil yang matanya cekung dengan tubuh kurus terbungkus kulit yang mengeriput. 


Itulah yang digambarkan sebuah foto dari seorang bocah Sudan yang kelaparan. Ia tak kuat lagi merangkak menuju kamp makanan PBB yang tinggal berjarak sekitar satu kilometer lagi. Ketika bocah ini sedang mencoba melangkah dengan susah payah, ada seekor burung pemakan bangkai yang terus mengikutinya. Sang burung sedang menunggu kematian bocah itu untuk selanjutnya menjadi santapannya.

Tidak ada seorang pun yang tahu nasib anak itu selanjutnya, termasuk Kevin Carter, sang fotografer yang langsung meninggalkan tempat tersebut usai mengabadikan momen itu. Para jurnalis pada saat itu dilarang untuk menyentuh para korban kelaparan karena dikuatirkan tertular penyakit berbahaya akibat kondisi memprihatinkan yang dialami Sudan saat itu. Foto ini meraih penghargaan Pulitzer tahun 1994, namun sang fotografer yang depresi akibat gambaran foto yang diabadikannya itu bunuh diri tiga bulan setelah mengambil gambar tersebut.

"Siapakah yang dapat menolongku?" Pertanyaan ini sering kita lontarkan walau hanya di dalam hati. Pun bangsa Israel. Meski Allah telah berkali-kali menyatakan kehadiran-Nya, mereka seakan belum bahkan tidak dapat percaya bahwa Dia akan menolong mereka. Pada zaman Musa, saat di padang gurun, mereka berkali-kali menyangsikan penyertaan Allah meski Dia sudah membuktikannya dengan berbagai cara.

Hal yang sama seringkali kita lakukan juga. Di masa yang lalu, kita sudah pernah melihat bagaimana Tuhan menolong dan melakukan mukjizat-Nya di dalam hidup kita. Namun ketika kita kembali mengalami pergumulan di masa sekarang, seringkali sulit bagi kita untuk percaya bahwa Tuhan akan kembali menunjukkan kuasa-Nya dalam hidup kita. Apakah Anda juga memiliki keraguan yang sama?



Meragukan pertolongan Tuhan sama saja dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak bisa dipercaya.
»»  READMORE...

Ibu


.
Cerita ini tentang Thomas seorang anak laki-laki yang pada masa itu berusia delapan tahun. Thomas seorang anak yang sakit-sakitan dan setengah tuli, jauh tertinggal dari teman-teman sekelasnya dalam pelajaran sekolah. Para guru cenderung cepat jengkel terhadapnya karena ia lambat mengerti. Teman-teman sekelasnya meniru memperlakukannya demikian pula. Adalah hal yang biasa bagi mereka mengejeknya atau menertawakannya karena kesalahan yang dilakukannya. Dunia tidaklah ramah baginya.

Tetapi dalam dunia yang sama, Thomas mempunyai seorang ibu. Seorang ibu kepada siapa ia datang setelah hari-hari buruk di sekolah. Seorang ibu yang bahagia memilikinya sebagai putera. Seorang ibu yang akan duduk bersamanya di meja dapur dan mendengarkan bagaimana buruk hari-hari berlalu.


Seorang ibu dapat lebih dari sekedar membaca rangkaian kata-kata. Para ibu dapat membaca kesedihan dan kesepian yang terpancar dari wajah anak-anak mereka. Apabila sesuatu yang buruk terjadi, ia akan mengenalinya dari tatapan mata mereka, atau dari cara anaknya itu berjalan atau dari kepalanya yang terkulai.

Suatu hari Thomas pulang membawa sepucuk surat dari kepala sekolah. Thomas dikeluarkan dari sekolah karena otaknya kacau. Ibunya tidak marah atau pun cemas karena surat itu. Ia memeluk Thomas dan dengan lembut mengatakan bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja. Ia tahu bahwa Thomas lebih lambat dari teman sebayanya, tetapi ia yakin bahwa Thomas dapat belajar jika pelajaran disampaikan kepadanya dengan lebih perlahan. Ia sendiri yang mengajar Thomas di rumah. Usahanya mulai ada hasilnya. Thomas mulai bergerak maju, sebentar kemudian ia mulai merancang penemuan baru, menciptakan ini dan itu. Semuanya tampak konyol pada mulanya.

Ketika Thomas pada akhirnya meninggal dunia, seluruh negeri, seluruh rakyat Amerika menghormatinya dengan memadamkan listrik di segenap penjuru Amerika selama satu menit. Thomas, yang dikeluarkan dari sekolah oleh kepala sekolah karena otaknya lamban; yang biasa melihat teman-teman sekelasnya saling sikut untuk menertawakannya. 

Ya, anda benar. Thomas inilah THOMAS ALVA EDISON, penemu bola lampu dan phonograph.

Mari berdoa kepada Tuhan Yesus, terima kasih telah menciptakan ibu-ibu seperti Ny. Edison. Jadikanlah aku seperti Ny. Edison yang sabar dan mau mengerti keadaan anaknya, menerima anaknya apa adanya, tidak menuntut berlebihan kepada anak, dalam keadaan apa pun meski capai fisik dan pikiran tetap mau menemani anak dan mendengarkan seluruh keluh kesah darinya, menyediakan waktu meski beberapa menit saja untuk menemaninya bermain bersamanya, tidak marah andai nilai pelajarannya tidak sempurna. Amin.

Marilah kita semua mencamkan teladan Ny. Edison dan ingatlah kepada ibu kita yang mungkin tanpa kita sadari telah berbuat sama seperti Ny. Edison kepada diri kita. Sisihkanlah sedikit perhatian kepada ibu kita di sisa hari tuanya ini. Ambillah waktu barang 1-2 menit setiap harinya untuk mengobrol dengan ibu kita. GBU
»»  READMORE...

Ketika Garam Kehilangan Asinnya


.
Kamu adalah garam dunia, jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Mat. 5:13

Mahadma Gandhi pernah sangat kecewa kepada orang Kristen di India karena sikap mereka yang sangat arogan dan suka membeda-bedakan. “Aku bersimpati kepada ajaran Yesusmu, akan tetapi sangat muak dengan cara hidupmu,” ucap tokoh negeri Sungai Gangga yang dikenal di seantaro dunia ini.

Mengapa banyak orang kecewa terhadap gereja? Terhadap pengikut Kristus yang seharusnya menjadi batu lompatan untuk mengenal Kristus? Mengapa mereka tidak dapat melanjutkan ketertarikan mereka kepada Kristus saat mereka melihat cara hidup orang-orang yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus?

Pembaca terkasih, malam ini firman Tuhan mengingatkan kembali inti keberadaan kita di atas muka bumi ini. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam kehilangan asinnya tidak ada gunanya lagi kecuali dibuang dan diinjak-injak orang,” demikian pesan Tuhan Yesus.

Pada zaman itu, garam yang dipakai untuk memasak menempel pada suatu media yang bisa berupa bunga karang atau lainnya. Setiap kali garam dipakai dimasukan ke dalam tempat yang telah disediakan sebagai wadah memasak. Ketika garam yang menempel di bunga karang itu habis, maka media tersebut akan dibuang. Mengapa demikian? Karena manfaatnya telah tiada. Tinggal sisa-sisa yang tidak ada gunanya lagi!

Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, seberapa besarkah tekad kita untuk menjadi sarana-Nya sehingga olehnya banyak orang yang datang kepada Dia? Sudahkah kita memahami rencana-Nya bagi dunia ini yaitu agar segenap lutut bertelut dan mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah bapa! 



Tuhan ajari aku selalu mengerti maksud-Mu. Bimbing aku supaya berhasil menggarami dunia ini.
»»  READMORE...

Mawar untuk Ibu


.
Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada ibunya yang tinggal sejauh 250 km dari rumahnya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu bertanya mengapa ia menangis dan gadis kecil itu menjawab, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar untuk ibu saya. Tapi uang saya tidak cukup untuk membeli mawar itu."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kamu mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya sendiri. Ketika sudah selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, "Ya tentu saja. Maukah Anda mengantarkan saya ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, di mana lalu gadis itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah. Melihat hal ini, hati pria itu menjadi terenyuh dan teringat sesuatu. Setelah mengantarkan gadis itu pulang, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri mobilnya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

Jangan sampai terlambat mengasihi orang-orang terdekat Kamu. Tunjukkan kasihmu pada mereka selama mereka masih hidup, karena mereka tidak dapat merasakan kasihmu jika mereka sudah meninggal.

GBU 
»»  READMORE...

Berikan Waktu


.
Setelah 21 tahun menikah, saya tiba-tiba menemukan cara baru dalam menyalakan api cinta kami. Demikian tulis seorang pria yang ingin berbagi pengalaman. Beberapa waktu lalu istri saya mengusulkan agar saya berkencan dengan seorang perempuan lain, besok malam.

"Kamu akan mencintainya," kata istri.

"Apa-apaan sih," protes saya. "Mengapa kamu tidak ikut?"

"Itu acara kamu berdua dengan dia," jawab istri.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda selama 19 tahun belakangan ini. Saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan mengurus tiga anak kami. Malam itu saya telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja.

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon. Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima telepon di tengah malam atau undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itu pasti akan membawa berita buruk.
"Saya pikir, pasti akan menyenangkan kalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya.
"Ibu mau sekali," jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Aha, dia masih curiga.

Besok malam, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dia terlihat agak senewen tapi berdandan resmi sekali. Ibu jelas telah menata rambutnya di salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulang tahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar. "Saya bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil.

"Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya." Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan, menyenangkan. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan, persis seperti First Lady. Jalannya anggun. Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya walau dengan kacamata tebal. Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ke ibu. Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih. "Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih kecil," katanya. "Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu," jawab saya. Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Setelah mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar." Saya setuju. 

* * *

"Bagaimana kencanmu?" tanya istri saya di rumah. "Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa."

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan jantung. Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat berbuat apa-apa untuk menolongnya.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda lunas. Ada selembar kertas diselipkan di situ, tertuliskan: "Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin kita makan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, barangkali untuk kau dan istrimu. Anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu."

Pada detik itulah saya mengerti apa pentingnya arti bahwa kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaan kita itu. Tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup daripada Tuhan dan keluarga. 

Berikan waktu Anda untuk mereka, jangan sampai terlambat dengan mengatakan 'nanti'.
»»  READMORE...