Panjang Sabar


.
Yeremia 17:14 – Sembuhkanlah aku ya Tuhan, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!

Menunggu sepertinya menjadi suatu kegiatan yang menjemukan, apabila kita melakukannya tanpa kasih. Ketika kita sedang menunggu, entah itu suami, teman, atau orang lain yang sudah terlebih dahulu membuat janji dengan kita, kemudian setelah beberapa waktu tidak juga tiba, hal itu tentulah sangat tidak mengenakkan bukan? Ada dua hal yang mungkin dilakukan orang sembari menunggu.

Pertama, bersikap pasif, tidak melakukan aktivitas apapun selain diam dan terus menanti orang yang sedang ditunggu. Kedua, bersikap aktif dengan melakukan sesuatu sembari menunggu, misalnya dengan membaca buku, atau berusaha mengamati dan menikmati keadaan sekitarnya.

Demikian juga saat kita menuggu jawaban doa dari Tuhan. Terkadang kita berpikir apakah doa-doa yang kita naikkan hanya sampai ke langit-langit kemudian memantul kembali, atau apakah kita merepotkan Tuhan, di tengah milyaran orang yang juga berseru kepada Tuhan di waktu yang sama? “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau …….,” demikian bunyi ayat firman Tuhan yang dapat menenteramkan hati kita sementara kita berseru dan menantikan jawaban doa. Mazmur 94:9 berkata, “Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar?” Ada jaminan bahwa Allah pasti mendengar setiap seruan kita, tapi Allah tidak berjanji untuk selalu berkata “Ya” bagi setiap doa dan permohonan kita. Sebagaimana nabi Yeremia berseru, “Sembuhkanlah aku, ya Tuhan, maka aku akan sembuh.” Kita juga harus memiliki keyakinan bahwa Allah pasti mendengarkannya. Belajar untuk bersabar dan percaya dalam menunggu jawaban doa dari Tuhan adalah tindakan yang bisa kita lakukan, sembari tetap melakukan sesuatu daripada menunggu secara pasif.

Bagaimana dengan kesabaran kita di dalam menantikan sesuatu, terlebih saat menantikan jawaban atas doa dan permohonan kita? Hari ini, jika kita harus menunggu sesuatu atau seseorang, bersikaplah aktif. Dan yakinlah bahwa penantian kita tidak sia sia.

Tuhan memberkati.
»»  READMORE...

Metamorfosis


.
Roma 12:2
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Jangan menjadi serupa.

George Barna – pendiri The Barnas Research Group – pernah mengatakan: “Setiap hari, gereja menjadi lebih seperti dunia yang semestinya harus diubahnya”. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Sebab banyak gereja hidupnya sudah menjadi serupa dengan dunia. Padahal seharusnya gerejalah yang mengubah dunia.

Menjadi serupa (baca: mirip), rupanya akhir-akhir ini menjadi “mimpi” banyak orang. Maka tak heran kemudian stasiun televisi mulai memfasilitasi. Maka tak heran sempat muncul reality show seperti “Asal” (Asli tapi Palsu) yang digawangi oleh almarhum Taufik Savalas. Lalu muncul “Democrazy”, “Benar Benar Mimpi” yang menampilkan orang-orang yang mirip dengan tokoh politik maupun selebritis.

Melalui Roma 12:2, Tuhan menginginkan keserupaan kita bukan menjadi serupa dengan dunia. Tetapi menjadi serupa seperti Kristus (2 Korintus 3:18) “menjadi serupa dengan gambarNya”.

Agar kita menjadi tidak serupa dengan dunia, untuk itu Firman Tuhan memberikan solusi: “berubahlah oleh pembaruan budimu”.

Rasul Paulus menggunakan kata “metamorphoo” untuk kata “berubahlah”. Sebuah akar kata yang kemudian membentuk kata metamorfosis. Metamorphoo mengandung arti: to change into another. Berubah menjadi bentuk yang lain. Atau dengan kata lain: tidak sama dengan keadaan sebelumnya.
Metamorphoo bukan merupakan perubahan sementara dari suatu sifat,
tetapi benar-benar berubah dari keadaan sebelumnya.

Firman Tuhan menginginkan agar kita terus menerus berubah menjadi manusia yang tidak sama dengan keadaan semula. Manusia yang belum diperbarui. Manusia yang berdosa. Manusia yang sama dengan manusia duniawi. Tetapi menjadi manusia yang serupa dengan Kristus.

Seperti dari telur menjadi kupu-kupu

Proses perubahan dari telur, menjadi ulat, lalu menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu adalah proses metamorfosis permanen. Ketika telur berubah menjadi ulat, bentuk dan karakter telur benar-benar tidak ada lagi di dalam ulat. Demikian seterusnya.

The Last Supper karya Leonardo da Vinci (1452-1519) yang dituangkan di atas kanvas ukuran 460 x 880 cm banyak meninggalkan kisah. Tidak kalah menarik dibandingkan dengan tampilannya yang anggun dan megah itu.

Konon, Lleonardo da Vinci tatkala menentukan model untuk wajah Yesus begitu kesulitan. Meskipun demikian, Da Vinci akhirnya menemukan seseorang yang wajahnya dipakai untuk modelnya Yesus. Ketika Da Vinci akan mengakhiri lukisannya dengan menutup lukisan lewat tokoh Yudas Iskariot, dia juga kesulitan untuk menemukan modelnya.

Maka dilakukanlah perburuan untuk mencari wajah Yudas yang culas, jahat, bengis, misteri, licik, dan predikat negatif lainnya. Sampai pada suatu saat Da Vinci menemukan seorang anak muda yang berewok dengan raut putus asa, jahat, culas, bengis, dll. Di mana di samping anak muda ini ditemukan botol-botol bekas minuman keras.

Setelah anak muda ini dibawa ke sanggarnya Da Vinci, dia menangis histeris serta berkata: “Apakah bapak tidak mengenali saya?” Da Vinci kebingungan. Memang dia tidak mengenali anak muda ini.

Anak muda ini menceritakan, bahwa beberapa waktu sebelumnya dia pernah dibawa Da Vinci untuk menjadi model wajah Yesus. Karena banyak hal dia berubah menjadi orang yang berprilaku buruk. Dan hal itu mempengaruhi penampilan dan kehidupannya.

Bukan perubahan yang seperti ini yang diinginkan Tuhan. Tetapi berubah menjadi seperti Kristus. Berubah untuk dan menuju pada tingkat yang lebih sempurna.

2 Korintus 3:18


Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

Graham Cryster, seorang penginjil muda yang diselundupkan ke Afrika Selatan dalam tahanan yang dikuasai komunis, suatu malam diminta orang-orang muda untuk bercerita. “Ceritakan kepada kami tentang Injil Yesus Kristus”, pinta mereka. Graham memberikan kesaksian yang jelas dan kuat dari Injil. Ia juga menunjukkan bagaimana iman pribadi di dalam Kristus Yesus secara ajaib sanggup mengubah seseorang dan membentuk sebuah kesatuan dari orang-orang percaya. Dan di sana tidak ada perbedaan Yahudi - Yunani, laki - perempuan, kaya atau miskin, kulit hitam atau putih.

Setelah bercerita demikian seorang anak muda usia tujuh belas tahun bertanya: “Apa yang Anda sampaikan sangat indah. Tetapi bisakah Anda menunjukkan kepada saya, di mana hal itu bisa saya temui?” Wajah Graham tertunduk lesu. Dia menjawab: “Memang benar tidak ada orang Afrika Selatan yang menghayati Injil di dalam hidupnya.” Sang anak muda marah! Dia balik berkata dengan nada emosi: “Jadi semuanya itu hanyalah sepotong kotoran belaka?”

Potret di atas terjadi ketika “gereja” menjadi sama dengan dunia ini. “Gereja” yang demikian demikian adalah gereja yang belum berubah. Gereja yang belum berubah adalah gereja yang masih berada dalam potret kehidupan yang lama. Gereja yang masih dalam potret kehidupan yang lama adalah gereja yang tidak mampu mengubahkan dunia.

“Diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” adalah perubahan permanen kehidupan orang-orang percaya. Sebab kata “diubah” dalam ayat di atas diambil dari kata metamorphoo. To change into another. Berubah menjadi bentuk yang lain.






Berubah menjadi bentuk yang lain adalah berubah menjadi serupa dengan gambarNya, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita. GBU
»»  READMORE...

Kisah Segelas Susu


.
Sebuah kisah yang sangat mengharukan! Segelas susu segar telah menolong dua nyawa! 

Berikut kisahnya: ada seorang pemuda yang sangat miskin bernama Hao Wude. Agar dapat membiayai sekolahnya dia menjajakan barang dagangan dari rumah ke rumah hingga malam hari.

Pada suatu malam dia merasakan perutnya sangat lapar sedangkan uang di sakunya hanya tinggal sekeping uang receh. Dia lalu membulatkan tekadnya, jika sampai di rumah berikutnya dia akan meminta makan kepada pemilik rumah itu.

Namun ketika pintu rumah itu dibuka oleh seorang gadis yang berparas cantik, dia kehilangan keberanian untuk meminta makan. Dia hanya berani meminta minum segelas air putih. Anak perempuan itu rupanya bisa membaca wajahnya yang sedang kelaparan, karena itu dia membawakan segelas besar susu segar.

Dengan tenang pemuda itu meminum habis susu itu, sambil bertanya, “Berapa saya harus membayar minuman lezat ini?”

Jawaban yang didapat dari gadis itu: “Anda tidak berhutang satu sen pun. Ibu saya mengajarkan kami, jangan mengharapkan imbalan atas suatu perbuatan baik.”

Oleh sebab itu pemuda itu berkata: “Jika begitu saya hanya bisa dengan tulus hati menyatakan terima kasih.” Saat Hao Wude meninggalkan rumah itu, ia tidak hanya merasakan tubuh dirinya itu menjadi lebih kuat, melainkan juga keyakinan dirinya terhadap orang lain menjadi bertambah kuat.

Dia yang sebenarnya dalam keadaan putus asa, bersiap-siap untuk menyerah, tetapi kini dia telah mendapatkan kepercayaan diri kembali. Di kemudian hari dia selalu bekerja keras untuk maju dan akhirnya berhasil menjadi dokter spesialis.

Beberapa tahun kemudian, gadis itu menderita sakit yang parah dan jarang ditemui. Para dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit yang dideritanya.

Keluarga gadis itu membawanya ke dokter spesialis di kota besar untuk diperiksa keadaannya. Mereka meminta dokter Hao Wude untuk mendiagnosa penyakit anak mereka. Ketika dokter mendengar bahwa si pasien adalah penduduk yang berasal dari kota tempat menimba ilmunya dulu, sepasang mata dokter itu berbinar dengan rasa keingintahuan.

Dia segera mengenakan jubah dokter dan bergegas masuk ke kamar pasien itu. Setibanya di sana, dia segera mengenali gadis itu.

Dia hanya menjenguknya sebentar dan segera kembali ke ruang kerjanya. Dokter itu membulatkan tekadnya untuk menolong nyawa pasien itu. Sejak hari itu dia mengamati dengan khusus keadaan penyakitnya. Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya dokter berhasil menyembuhkan pasien ini dari rengutan maut.

Akhirnya bagian penagihan dari rumah sakit membawa nota penagihan ongkos pengobatan ke tangan dokter untuk ditanda-tangani dokter. Dokter hanya memandang sekilas nota penagihan itu, lalu dia menuliskan beberapa kata di pinggir nota tagihan, kemudian memasukkan kembali nota itu ke dalam amplop lalu diantarkan ke kamar pasien itu.

Pada awalnya gadis itu tidak berani membuka nota tagihan itu, karena dia sudah bisa memastikan biaya pengobatan untuk sakitnya ini tentu sangat besar hingga selama seumur hidupnya dia tidak akan sanggup melunasi.

Tetapi pada akhirnya dia memberanikan diri untuk membukanya. Namun perhatiannya segera tertuju pada kata-kata yang tertulis di pinggir nota itu.

Dia membaca berkali-kali tulisan itu dengan hampir tak percaya: “Satu gelas susu segar sudah cukup untuk membayar lunas seluruh biaya pengobatan!”

Orang yang bertanda tangan: dokter Hao Wude.
»»  READMORE...

Aku Mau Mama Kembali


.
Sebuah kisah teladan dari negeri China


Zhang Da harus menanggung beban hidup yang berat ketika usianya masih sangat belia. Tahun 2001, ketika usianya menjelang 10 tahun, Zhang Da harus menerima kenyataan ibunya lari dari rumah. Sang ibu kabur karena tak tahan dengan kemiskinan yang mendera keluarganya. Yang lebih tragis, si ibu pergi karena merasa tak sanggup lagi mengurus suaminya yang lumpuh, tak berdaya, dan tanpa harta. Dan ia tak mau menafkahi keluarganya.

Maka Zhang Da yang tinggal berdua dengan ayahnya yang lumpuh, harus mengambil-alih semua pekerjaan keluarga. Ia harus mengurus ayahnya, mencari nafkah, mencari makanan, memasaknya, memandikan sang ayah, mencuci pakaian, mengobatinya, dan sebagainya.

Yang patut dihargai, ia tak mau putus sekolah. Setelah mengurus ayahnya, ia pergi ke sekolah berjalan kaki melewati hutan kecil dengan mengikuti jalan menuju tempatnya mencari ilmu. Selama dalam perjalanan, ia memakan apa saja yang bisa mengenyangkan perutnya, mulai dari memakan rumput, dedaunan, dan jamur-jamur untuk berhemat. Tak semua bisa jadi bahan makanannya, ia menyeleksinya berdasarkan pengalaman. Ketika satu tumbuhan merasa tak cocok dengan lidahnya, ia tinggalkan dan beralih ke tanaman berikut. Sangat beruntung karena ia tak memakan dedaunan atau jamur yang beracun.

Usai sekolah, agar dirinya bisa membeli makanan dan obat untuk sang ayah, Zhang Da bekerja sebagai tukang batu. Ia membawa keranjang di punggung dan pergi menjadi pemecah batu. Upahnya ia gunakan untuk membeli aneka kebutuhan seperti obat-obatan untuk ayahnya, bahan makanan untuk berdua, dan sejumlah buku untuk ia pejalari.

Zhang Da ternyata cerdas. Ia tahu ayahnya tak hanya membutuhkan obat yang harus diminum, tetapi diperlukan obat yang harus disuntikkan. Karena tak mampu membawa sang ayah ke dokter atau ke klinik terdekat, Zhang Da justru mempelajari bagaimana cara menyuntik. Ia beli bukunya untuk ia pelajari caranya. Setelah bisa ia membeli jarum suntik dan obatnya lalu menyuntikkannya secara rutin pada sang ayah.

Kegiatan merawat ayahnya terus dijalaninya hingga sampai lima tahun. Rupanya kegigihan Zhang Da yang tinggal di Nanjing, Provinsi Zhejiang, menarik pemerintahan setempat. Pada Januari 2006 pemerintah China menyelenggarakan penghargaan nasional pada tokoh-tokoh inspiratif nasional. Dari 10 nama pemenang, satu di antaranya terselip nama Zhang Da. Ternyata ia menjadi pemenang termuda.

Acara pengukuhan dilakukan melalui siaran langsung televisi secara nasional. Zhang Da si pemenang diminta tampil ke depan panggung. Seorang pemandu acara menanyakan kenapa ia mau berkorban seperti itu padahal dirinya masih anak-anak. “Hidup harus terus berjalan. Tidak boleh menyerah, tidak boleh melakukan kejahatan. Harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab,” katanya.

Setelah itu suara gemuruh penonton memberinya applaus. Pembawa acara menanyainya lagi. “Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah di mana, dan apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah dan mau kuliah di mana. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” papar pembawa acara.

Zhang Da terdiam. Keheningan pun menunggu ucapannya. Pembawa acara harus mengingatkannya lagi. “Sebut saja!” katanya menegaskan.

Zhang Da yang saat itu sudah berusaha 15 tahun pun mulai membuka mulutnya dengan bergetar. Semua hadirin di ruangan itu, dan juga jutaan orang yang menyaksikannya langsung melalui televisi, terdiam menunggu apa keinginan Zhang Da. 
Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah!” 
kata Zhang Da yang disambut tetesan air mata haru para penonton.

Zhang Da tak meminta hadiah uang atau materi atas ketulusannya berbakti kepada orangtuanya. Padahal saat itu semua yang hadir bisa membantu mewujudkannya. Di mata Zhang Da, mungkin materi bisa dicari sesuai dengan kebutuhannya, tetapi seorang ibu dan kasih sayangnya, itu tak ternilai.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yang istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Di tiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Tuhan tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.

Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan, bangkitlah! Karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yang telah berusaha sekuat kemampuannya. GBU


»»  READMORE...